Senin, 23 September 2013

Ayat-Ayat Tentang Kewajiban Belajar Mengajar


Tentang Kewajiban Belajar Mengajar

A.    Ayat Pertama (Surat Al-‘Alaq: 1-4)
إِ ù&tø% ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ  إِ ù&tø% y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
1.      Mufrodat
-       إقرأ     : bacalah
-       رب     : Tuhan
-       خلق    : menciptakan
-       الإنسان: manusia
-       الأكرم  : Maha pemurah
2.      Asbabun Nuzul

3.      Tafsiran
Sesungguhnya Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini. Dia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dan nikmat pertama yang dicurahkan Allah kepada mereka. Dia merupakan peringatan tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan sesungguhnya, diantara kemurahan Allah Ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tadinya tidak diketahui.
Maka Allah mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah jabatan yang hanya diberikan Allah kepada bapak manusia, Adam a.s. sehingga membedakannya dari malaikat. Dan, ilmu terkadang ada dalam benak. Kadang-kadang dengan lidah. Kadang-kadang bisa pula berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik. Kata formalistik memastikan ilmu berada dalam tulisan, namun tidak sebaliknya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam.
B.     Ayat Kedua (Surat Al-Ghasyiyah: 17-20)
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ   n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ   n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ  
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
1.      Mufrodat
-          ينظرو    : memperhatikan
-          خلقت     : diciptakan
-          رفعت     : ditinggikan
-          نصبت    : ditegakkan
-          صطحت : dihamparkan
2.      Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Allah melukiskan cirri-ciri surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini (Q.S. 88 al-Ghasyiyah: 17) sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abi Hatim, yang bersumber dari Qatadah.

3.      Tafsiran
Allah SWT berfirman guna memerintahkan kepada para abdi-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?” Untuk dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguhnya memikat. Dan, unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. Walaupun demikian, dia ditundukkan untuk menanggung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. “Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?” Yaitu, bagaimana Allah Ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung.” Dan gunung-gunung bagaimana dia ditegakkan?” Yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya; dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang padanya.
“Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan?” Yaitu, bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-oang Arab Badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dari semua ini tentang kekuasaan Dia Yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha Agung. Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur. Dialah yang tidak ada Tuhan selain Dia semata.
C.    Ayat Ketiga (Surat At-Taubah: 122)
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
1.      Mufrodat
-          نفر        : pergi
-          فرقة      : golongan/kelompok
-          طا ئفة    : satu atau dua orang/beberapa orang
-          يتفقهوا    : memperdalam pengetahuan
-          ينذروا    : memberi peringatan
-          يحذرون  : dapat menjaga diri
2.      Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum mukminin, karena kesungguhannya ingin berjihad, apabila diseur oleh Raslullah saw. Untuk berangkat ke medan perang, mereka serta merta berangkat meninggalkan Nabi saw. Beserta orang-orang yang lemah. Ayat ini (Q.S. At-Taubah: 122) turun sebagai larangan kepada kaum mukminin untuk serta merta berangkat seluruhnya, tapi harus ada yang menetap untuk memperdalam pengetahuan agama.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Ubaid bin ‘Umair.
3.      Tafsiran
Ayat ini menuntun kaum muslimin untuk membagi tugas dengan menegaskan bahwa Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum, maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar, di antara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi anggota pasukan yang ditugaskan Rasul saw. itu apabila nanti setelah selesainya tugas, mereka,yakni anggota pasukan itu, telah kembali kepada mereka yang memperdalam pengetahuan itu supaya mereka yang jauh dari Rasul saw. karena tugasya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari upaya mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan dengan kemampuan informasi serta keandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia.
D.    Pokok-Pokok Kandungan Isi Ayat
1.      Pengertian Tentang Belajar dan Mengajar
Dalam buku Proses Belajar Mengajar, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid. Menurut Oemar Hamalik dalam buku Psikologi Belajar Mengajar beliau mengatakan, mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan proses belajar secara efektif .
                                                                                                                         
2.      Pentingnya Belajar Mengajar
Dalam beberapa keterangan dari ayat-ayat di atas dapat kita ambil makna bahwasanya belajar mengajar itu sangat diwajibkan. Seperti pada surat Al-Alaq 1-4. Perintah membaca kepada nabi Muhammad pada waktu itu adalah perintah untuk membaca segala sesuatu tentang keadaan sekitar dan yang lainnya. Ayat 1 menjelaskan untuk kita supaya membaca basmalah ketika hendak melaksanakan suatu kebaikan. Pada saat malaikat Jibril mengatakan iqra’ kepada nabi Muhammad saw. beliau hanya menjawab maa ana bi qari’. Kemudian setelah berulang-ulang, malaikat Jibril mengatakan iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq. Yang maksudnya adalah supaya nabi Muhammad membaca basmalah. Setelah itu malaikat Jibril baru menjelaskan ayat-ayat selanjutnya. Kemudian pada iqra’ yang terdapat ayat 3 mengisyaratkan bahwa semua pengetahuan yang didapatkan manusia itu karena kemurahan Allah SWT. Dan ilmu Allah adakalanya dipahami melalui tulisan, ada juga melalui ladunni (langsung).
Pada surat Al-Ghasyiyah di atas dapat kita lihat bahwa belajar juga dapat melalui cara memikirkan sesuatu ciptaan Allah di alam semesta ini. Dengan begitu kita pastinya mempunyai langkah atau cara bagaimana untuk mencari jawabannya sampai ketemu kebenaran hasilnya mulai dari proses terbentuknya hingga sempurna.

Dalam surat At-Taubah: 122 menunjukkan bahwa memperdalam ilmu itu penting, terutama pada ilmu keagamaan. Karena dengan seseorang mengetahui suatu bidang ilmu, ia dapat mengajarkan ilmu tersebut kepada yang lain sehingga menjadikan suatu manfaat. Segala ilmu itu bersumber dari Allah, maka hendaknya manusia mendalami ilmu pengetahuan baik tentang agama maupun umum kemudian mengajarkan ilmu.

0 komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto Saya
Saya hanyalah orang biasa yang belum banyak memiliki pengalaman. Saya Tidak Lebih Baik dari Anda.

Search