Tentang Kewajiban Belajar Mengajar
A. Ayat Pertama (Surat Al-‘Alaq: 1-4)
إِ ù&tø% ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ إِ ù&tø% y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah.
4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam.
1.
Mufrodat
- إقرأ : bacalah
- رب : Tuhan
- خلق : menciptakan
- الإنسان: manusia
- الأكرم : Maha pemurah
2.
Asbabun
Nuzul
3.
Tafsiran
Sesungguhnya
Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini. Dia
merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dan nikmat
pertama yang dicurahkan Allah kepada mereka. Dia merupakan peringatan tentang
awal penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan sesungguhnya, diantara
kemurahan Allah Ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tadinya
tidak diketahui.
Maka Allah
mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah jabatan yang hanya diberikan
Allah kepada bapak manusia, Adam a.s. sehingga membedakannya dari malaikat.
Dan, ilmu terkadang ada dalam benak. Kadang-kadang dengan lidah. Kadang-kadang
bisa pula berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik. Kata
formalistik memastikan ilmu berada dalam tulisan, namun tidak sebaliknya. Oleh
karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar dengan perantaraan kalam.
B. Ayat Kedua (Surat Al-Ghasyiyah:
17-20)
xsùr& tbrãÝàYt n<Î) È@Î/M}$# y#ø2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana Dia diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
1.
Mufrodat
-
ينظرو : memperhatikan
-
خلقت : diciptakan
-
رفعت : ditinggikan
-
نصبت : ditegakkan
-
صطحت : dihamparkan
2.
Asbabun
Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Allah melukiskan cirri-ciri
surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini (Q.S.
88 al-Ghasyiyah: 17) sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban
ciptaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abi Hatim, yang bersumber dari
Qatadah.
3.
Tafsiran
Allah SWT berfirman guna memerintahkan kepada para
abdi-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada
kekuasaan dan keagungan-Nya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana
dia diciptakan?” Untuk dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang
menakjubkan, susunan tubuhnya sungguhnya memikat. Dan, unta itu sendiri
mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. Walaupun demikian, dia
ditundukkan untuk menanggung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah,
dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. “Dan langit,
bagaimana dia ditinggikan?” Yaitu, bagaimana Allah Ta’ala meninggikan langit
dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung.” Dan gunung-gunung
bagaimana dia ditegakkan?” Yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi
kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya; dan
telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang padanya.
“Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan?” Yaitu, bagaimana
dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan
orang-oang Arab Badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa
unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dari semua ini
tentang kekuasaan Dia Yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang
Maha Agung. Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur. Dialah yang tidak ada Tuhan
selain Dia semata.
C. Ayat Ketiga (Surat At-Taubah: 122)
* $tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
1.
Mufrodat
-
نفر : pergi
-
فرقة : golongan/kelompok
-
طا ئفة : satu atau dua
orang/beberapa orang
-
يتفقهوا : memperdalam
pengetahuan
-
ينذروا : memberi
peringatan
-
يحذرون : dapat menjaga
diri
2. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum mukminin,
karena kesungguhannya ingin berjihad, apabila diseur oleh Raslullah saw. Untuk berangkat ke medan perang, mereka serta merta
berangkat meninggalkan Nabi saw. Beserta orang-orang yang lemah. Ayat ini (Q.S.
At-Taubah: 122) turun sebagai larangan kepada kaum mukminin untuk serta merta
berangkat seluruhnya, tapi harus ada yang menetap untuk memperdalam pengetahuan
agama.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Ubaid bin ‘Umair.
3.
Tafsiran
Ayat ini menuntun kaum muslimin untuk membagi tugas
dengan menegaskan bahwa Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang
selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang pergi semua ke
medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang
lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum, maka mengapa
tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar, di antara mereka
beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam
pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk
diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan
kepada kaum mereka yang menjadi anggota pasukan yang ditugaskan Rasul saw.
itu apabila nanti setelah selesainya tugas, mereka,yakni anggota
pasukan itu, telah kembali kepada mereka yang memperdalam pengetahuan
itu supaya mereka yang jauh dari Rasul saw. karena tugasya dapat berhati-hati
dan menjaga diri mereka.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memperdalam ilmu dan
menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari upaya
mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan dengan kemampuan
informasi serta keandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia.
D. Pokok-Pokok Kandungan Isi Ayat
1.
Pengertian Tentang Belajar dan Mengajar
Dalam buku Proses Belajar Mengajar, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan hasil atau tujuan belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar
kepada murid. Menurut Oemar Hamalik dalam buku Psikologi Belajar Mengajar beliau
mengatakan, mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan proses belajar secara efektif .
2.
Pentingnya Belajar Mengajar
Dalam beberapa keterangan dari ayat-ayat di atas dapat
kita ambil makna bahwasanya belajar mengajar itu sangat diwajibkan. Seperti
pada surat Al-Alaq 1-4. Perintah membaca kepada nabi Muhammad pada waktu itu
adalah perintah untuk membaca segala sesuatu tentang keadaan sekitar dan yang
lainnya. Ayat 1 menjelaskan untuk kita supaya membaca basmalah ketika hendak
melaksanakan suatu kebaikan. Pada saat malaikat Jibril mengatakan iqra’ kepada
nabi Muhammad saw. beliau hanya menjawab maa ana bi qari’. Kemudian
setelah berulang-ulang, malaikat Jibril mengatakan iqra’ bismi rabbikalladzi
khalaq. Yang maksudnya adalah supaya nabi Muhammad membaca basmalah.
Setelah itu malaikat Jibril baru menjelaskan ayat-ayat selanjutnya. Kemudian
pada iqra’ yang terdapat ayat 3 mengisyaratkan bahwa semua pengetahuan
yang didapatkan manusia itu karena kemurahan Allah SWT. Dan ilmu Allah
adakalanya dipahami melalui tulisan, ada juga melalui ladunni (langsung).
Pada surat Al-Ghasyiyah di atas dapat kita lihat bahwa
belajar juga dapat melalui cara memikirkan sesuatu ciptaan Allah di alam
semesta ini. Dengan begitu kita pastinya mempunyai langkah atau cara bagaimana
untuk mencari jawabannya sampai ketemu kebenaran hasilnya mulai dari proses
terbentuknya hingga sempurna.
Dalam surat At-Taubah: 122 menunjukkan bahwa memperdalam
ilmu itu penting, terutama pada ilmu keagamaan. Karena dengan seseorang
mengetahui suatu bidang ilmu, ia dapat mengajarkan ilmu tersebut kepada yang
lain sehingga menjadikan suatu manfaat. Segala ilmu itu bersumber dari Allah,
maka hendaknya manusia mendalami ilmu pengetahuan baik tentang agama maupun
umum kemudian mengajarkan ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar