BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di era modern ini, sering
kali manusia lupa akan kewajiban, agama, dan ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu juga kandungan ayat Al-Qur’an dan cara pengamalannya. Dalam kenyataannya, ayat-ayat Al-Qur’an sebenarnya sangat penting. Bahkan tanpa disadari, kadang kita
juga mengamalkannya. Tetapi, hal itu tidaklah sempurna untuk menjadi amalan
kita. Karena kita tidak tahu akan kaitan perbuatan tersebut dengan ayat Al-Qur’an. Padahal, hal itu biasa menjadi amalan kita jika kita memakai
niat. Tetapi jika tahu akan
ilmunya, mana mungkin kita biasa berpikiran sejauh itu dan berpikir akan niat dalam mengerjakannya. Semua
itu dapat kita tangani dengan memahami ayat-ayat Al-Qur’an adalah salah satunya.
Dalam makalah ini akan mengulas sedikit ayat-ayat
tentang berkompetisi dalam kebaikan. Kompetisi dalam kebaikan sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitan diri kita, keimanan dan ketakwaan kita terhadap
Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Melalui surat Al-Baqarah:148 dan surat
Al-Fathir:32 saya akan menjelaskan tentang kompetisi dalam kebaikan. Hal ini
dimaksudkan supaya kita dapat menjadi hamba yang baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Amiin.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
isi penjelasan tentang kompetisi dalam kebaikan?
2.
Bagaimanakah
perilaku yang mencerminkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan
ayat-ayat tentang kompetisi dalam kebaikan.
2.
Menjelaskan
perilaku yang mencerminkan berkompetisi dalam kebaikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan.
|
1.1.
Membaca
QS. Al-Baqarah:148 dan QS. Al-Fathir: 32
1.2.
Menjelaskan
arti QS. Al-Baqarah:148 dan QS. Al-Fathir: 32
1.3.
Menampilkan
perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS.
Al-Baqarah:148 dan QS. Al-Fathir: 32
|
B.
Penjelasan
Arti QS. Al-Baqarah: 148
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
1.
Terjemahan
Dan
bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2.
Penjelasan
Ayat
Ayat
ini secara global dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk
selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan
tersebut baik atau tidak harus merujuk sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu
Al-Qur’an dan sesuai hadits yang shahih.
Dalam
Tafsir Al-Mishbah ayat ini bermakna, Bagi setiap umat ada kiblatnya sendiri
yang ia menghadap kepadanya, sesuai dengan kecenderungan atau keyakinan
masing-masing. Kalaulah mereka dengan mengarah ke kiblat masing-masing
bertujuan untuk mencapai ridha Allah dan melakukan kebajikan, maka wahai
kaum muslimin berlomba-lombalah kamu dengan mereka dalam berbuat aneka kebaikan.[1]
Dalam
ayat ini Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam
mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khairat). Makna dari semua itu adalah
hendaknya kita giat melakukan segala bentuk kebaikan seperti shalat, mengaji,
menuntut ilmu dan amalan-amalan sejenisnya.[2]
C.
Penjelasan
Arti QS. Al-Fathir: 32
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuöyø9$$Î/ ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 Ï9ºs uqèd ã@ôÒxÿø9$# çÎ7x6ø9$# ÇÌËÈ
1.
Terjemahan
Kemudian
kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.
2.
Penjelasan
Ayat
Al-Hasan
berkata, “Orang yang zalim itu ialah orang yang keburukan-keburukannya lebih
berat daripada kebaikan-kebaikannya. Al-muqtasid ialah orang yang sama
antara kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukannya. Sedang sabiq ialah
orang yang kebaikan-kebaikannya lebih berat daripada keburukan-keburukannya.[3]
Bagi
yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang kelompok pendurhaka yang
bakal menghuni neraka. Mereka memahaminya dalam arti hamba-hamba Allah, baik
yang taat maupun yang durhaka. Dari hamba-hamba Allah itulah Yang Maha Kuasa
memilih dua kelompok, yakni yang muqtashid dan yang sabiq bi al-khairat.
Sedang yang tidak dipilih adalah yang zalim.[4]
Kesimpulannya,
bahwa umat Islam dalam amal ada tiga golongan. Yaitu, orang lalai dalam
mengamalkan Al-Qur’an dan berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri. Orang yang
kadang-kadang mengamalkannya dan kadang-kadang menyalahinya. Dan orang berlomba
kepada pahala Allah dengan melakukan kebaikan-kebaikan dan amal-amal saleh
karena mendapatkan kemudahan dan taufik dari Allah.
D.
Ciri
Perilaku Berkompetisi dalam Kebaikan
Ciri-ciri perilaku seseorang yang
berkompetisi dalam kebaikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Memperbanyak
perbuatan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Menghindarkan
diri dari pebuatan yang mungkar.
3.
Selalu
berusaha semaksimal mungkin ketika melaksanakan sesuatu yang baik.
4.
Mengiringi
usahanya dengan berdo’a kepada Allah SWT.
5.
Menjadi
lebih taat, rendah hati, tulus dan santun terhadap sesama.
BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang telah kita lihat di
atas, bahwasanya berkompetisi dalam kebaikan telah diperintahkan oleh Allah SWT
dengan tujuan meningkatkan kualitas diri kita melalui amalan-amalan yang kita
kerjakan.
Dalam surat Al-Fathir: 32, disebutkan umat Islam dalam amal ada
tiga golongan. Yaitu, orang lalai dalam mengamalkan Al-Qur’an dan
berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri. Orang yang kadang-kadang
mengamalkannya dan kadang-kadang menyalahinya. Dan orang berlomba kepada pahala
Allah dengan melakukan kebaikan-kebaikan dan amal-amal saleh karena mendapatkan
kemudahan dan taufik dari Allah.
Untuk berkompetisi dalam kebaikan, Allah SWT telah menyediakan
sarana dengan berbagai sarananya baik sarana hablumminallah maupun
hablumminannas. Seperti melalui shalat, dzikir, sedekah dan amalan lainnya.
Ciri-ciri perilaku seseorang yang
berkompetisi dalam kebaikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Memperbanyak
perbuatan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Menghindarkan
diri dari pebuatan yang mungkar.
3.
Selalu
berusaha semaksimal mungkin ketika melaksanakan sesuatu yang baik.
4.
Mengiringi
usahanya dengan berdo’a kepada Allah SWT.
5.
Menjadi
lebih taat, rendah hati, tulus dan santun terhadap sesama.